Poppy adalah anak tunggal dari
seorang pengusaha sukses. Ibunya telah meninggal sejak Poppy berumur 6 tahun,
ia dirawat oleh pembantunya, Mbok Imah dan seorang supir yang bernama Bang
Somat, sedangkan Ayahnya sibuk dengan bisnis. Tidak heran jika Poppy tumbuh
sebagai anak yang menjengkelkan. Terkadang, ia sengaja mengotori mobilnya, agar
ia tidak pergi ke sekolah. Ia juga pernah menyeburkan Bang Somat ke kolam
renang, dan menaburkan Garam pada Secangkir teh yang akan diminum oleh Mbok
Imah.
Mbok Imah sudah sangat lama kerja di
rumah Poppy, bahkan dari waktu Poppy belum lahir. Tidak heran jika ia mengetahui
semua tentang Poppy. Sebelum Ibunya meninggal karena kecelakaan, Poppy adalah
anak yang baik. Sejak Ibunya meninggal, Poppy berubah seperti sekarang ini
karena kurang diperhatikan dengan Ayahnya.
Sebenarnya, ayahnya menyadari adanya
perubahan sikap pada diri Poppy semenjak ibunya meninggal. Ayahnya pun mulai
berpikir keras untuk merubah sikap Putri tunggalnya itu.
Sampai
suatu saat, ayahnya memutuskan untuk menyekolahkan Poppy di sekolah asrama. Poppy
menolak, ia tidak mau tinggal di asrama, ia ingin hidup bebas seperti sekarang.
Namun, Ayahnya tetap pada pendiriannya. Ia tetap akan memasukkan Poppy ke
sekolah asrama. Poppy pun berlari masuk ke kamarnya dan menangis sambil
memegang korek pemberian Ibunya. Entah kenapa di hari ulang tahun Poppy yang
ke-5 Ibunya memberikannya sebuah korek dengan tulisan Poppy di permukaannya.
Keesokan
harinya, saat Poppy bangun dari tidurnya, Mbok Imah dan Ayahnya telah berada di
kamarnya untuk memasukkan pakaian Poppy ke dalam sebuah koper besar. Karena
merasa jengkel, Poppy mengambil sirup dari kulkas dan menumpahkannya ke pakaian
yang telah di rapikan itu. Namun, itu tidak membuat Ayahnya membatalkan
kepergian Poppy ke Asrama hari itu juga. Poppy menatap Ayahnya dengan tatapan
kesal. Ayahnya balik menatap dan memerintahkan Poppy untuk segera mandi, kali
ini dia menuruti perintah Ayahnya.
Setelah
8 jam menempuh perjalanan, akhirnya Poppy sampai juga di sekolah barunya. Sekolah
itu tampak sangat tua. Ternyata keadaan di dalamnya tidak begitu buruk, sama
seperti sekolah pada umumnya.
Setelah
berkas-berkasnya selesai diurus di ruang Tata Usaha, ibu asrama sekolah
tersebut mengantarkan Poppy kekamarnya. Poppy sangat terkejut ketika mengetahui
ia harus berbagi kamar dengan 4 orang yang belum ia kenal. Dengan berat hati,
Poppy memasuki kamar itu dan menuju ke satu-satunya tempat tidur yang kosong,
ia langsung merebahkan badannya ke tempat tidur. Teman-temannya memperhatikan
tingkah Poppy yang menyimpang dengan peraturan asrama, mereka pun mengingatkan
Poppy bahwa siswa tidak diperbolehkan tidur sebelum menggunakan baju tidur. Namun,
Poppy tidak menghiraukan perkataan teman-teman
barunya.
Hari
demi hari dilewati Poppy di asrama tersebut. Popy tidak tahan hidup di sini. Ia
pun berpikir untuk sengaja membuat pelanggaran yang berat agar ia dikeluarkan
dari sekolah ini.
Keesokan
harinya, Poppy mengajak teman kamarnya berbincang-bincang. Diawali dengan
menanyakan alasan mereka memilih sekolah itu sampai pelanggaran-pelanggaran apa
saja yang bisa membuat ia dikeluarkan dari sekolah itu. Namun, di sekolah ini
belum ada seorang siswa pun yang dikeluarkan, mereka hanya di bawah ke
pengadilan sekolah untuk di ajukan pertanyaan oleh kepala sekolah seputar
pelanggarannya dan dihadapan semua siswa. Namun, temannya berjanji akan
membantu Poppy keluar dari sekolah ini. Mereka pun mulai membuat beberapa
rencana.
Beberapa
hari kemudian, semua rencana telah dijalankan, tidak satu pun rencana berhasil
memasukkan Poppy ke pengadilan. Ia hanya di panggil ke ruangan Kepala Sekolah
dan diperintahkan untuk membaca sebuah buku pemberian kepala sekolah. Entah
mengapa, sejak saat itu Poppy mengurungkan niatnya keluar dari sekolah itu.
Walaupun
buku itu tampak sedikit kusam dan sangat tidak menarik, entah kenapa Poppy
tertarik untuk membacanya. Ia pun membaca buku itu di ruang makan di temani
cahaya korek pemberian Ibunya. Tiba-tiba ia mendengar langkah kaki seseorang,
tanpa ia sadari api dari koreknya membakar serbet yang tergantung di
belakangnya. Poppy pun panik, ia mengambil serbet itu dan berusaha memadamkan
apinya. Akhirnya api itu padam, Poppy segera berlari ke kamarnya.
Keesokan
harinya, seluruh siswa di perintahkan berkumpul di ruang pengadilan. Kepala
sekolah mengumumkan bahwa kebakaran tadi malam bukan karena kecelakaan
melainkan disengaja, kepala sekolah menginginkan salah satu dari kita mengaku
siapa yang sebenarnya sengaja membakar ruang makan itu. Dengan berat hati Poppy
mengakui bahwa dialah yang menyebabkan terjadi kebakaran, ia pun menjelaskan
kejadian tadi malam di hadapan kepala sekolah dan seluruh teman-temannya. Setelah
mendengar pengakuan Poppy, Kepala Sekolah memutuskan bahwa tidak ada yang
bersalah dalam peristiwa ini. Poppy merasa sangat lega. Itu artinya ia tidak
dikeluarkan dari sekolah.
Sejak
kejadian itu, Poppy menjadi lebih bergaul dan kini sifatnya sudah berubah
menjadi lebih baik.
Tidak
terasa, 6 bulan sudah Poppy tinggal di asrama itu. Kini saatnya Poppy pulang ke
kota menghabiskan masa liburan semesternya. Ayahnya sangat senang melihat
perubahan pada diri Poppy. Kini ia sudah kembali menjadi Poppy yang dulu, Poppy
yang baik dan tidak menjengkelkan.
TAMAT
Nama: Nur Qalbi
Kelas: VIII Akselerasi
NISN: 9981247026
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar