Halaman

Minggu, 04 Maret 2012

Kumpulan Cerpen "Poppy yang Menjengkelkan"



Poppy yang Menjengkelkan

            Poppy adalah anak tunggal dari seorang pengusaha sukses. Ibunya telah meninggal sejak Poppy berumur 6 tahun, ia dirawat oleh pembantunya, Mbok Imah dan seorang supir yang bernama Bang Somat, sedangkan Ayahnya sibuk dengan bisnis. Tidak heran jika Poppy tumbuh sebagai anak yang menjengkelkan. Terkadang, ia sengaja mengotori mobilnya, agar ia tidak pergi ke sekolah. Ia juga pernah menyeburkan Bang Somat ke kolam renang, dan menaburkan Garam pada Secangkir teh yang akan diminum oleh Mbok Imah.
            Mbok Imah sudah sangat lama kerja di rumah Poppy, bahkan dari waktu Poppy belum lahir. Tidak heran jika ia mengetahui semua tentang Poppy. Sebelum Ibunya meninggal karena kecelakaan, Poppy adalah anak yang baik. Sejak Ibunya meninggal, Poppy berubah seperti sekarang ini karena kurang diperhatikan dengan Ayahnya.
            Sebenarnya, ayahnya menyadari adanya perubahan sikap pada diri Poppy semenjak ibunya meninggal. Ayahnya pun mulai berpikir keras untuk merubah sikap Putri tunggalnya itu.
Sampai suatu saat, ayahnya memutuskan untuk menyekolahkan Poppy di sekolah asrama. Poppy menolak, ia tidak mau tinggal di asrama, ia ingin hidup bebas seperti sekarang. Namun, Ayahnya tetap pada pendiriannya. Ia tetap akan memasukkan Poppy ke sekolah asrama. Poppy pun berlari masuk ke kamarnya dan menangis sambil memegang korek pemberian Ibunya. Entah kenapa di hari ulang tahun Poppy yang ke-5 Ibunya memberikannya sebuah korek dengan tulisan Poppy di permukaannya.
Keesokan harinya, saat Poppy bangun dari tidurnya, Mbok Imah dan Ayahnya telah berada di kamarnya untuk memasukkan pakaian Poppy ke dalam sebuah koper besar. Karena merasa jengkel, Poppy mengambil sirup dari kulkas dan menumpahkannya ke pakaian yang telah di rapikan itu. Namun, itu tidak membuat Ayahnya membatalkan kepergian Poppy ke Asrama hari itu juga. Poppy menatap Ayahnya dengan tatapan kesal. Ayahnya balik menatap dan memerintahkan Poppy untuk segera mandi, kali ini dia menuruti perintah Ayahnya.
Begitu Poppy selesai makan dan mandi, Poppy langsung berangkat ke sekolah barunya ditemani dengan Ayahnya dan Bang Somat. Di sepanjang perjalanan, Poppy sama sekali tidak mengeluarkan kata-kata, ia hanya memperhatikan jalan yang dilewati untuk pergi ke sekolah barunya.
Setelah 8 jam menempuh perjalanan, akhirnya Poppy sampai juga di sekolah barunya. Sekolah itu tampak sangat tua. Ternyata keadaan di dalamnya tidak begitu buruk, sama seperti sekolah pada umumnya.
Setelah berkas-berkasnya selesai diurus di ruang Tata Usaha, ibu asrama sekolah tersebut mengantarkan Poppy kekamarnya. Poppy sangat terkejut ketika mengetahui ia harus berbagi kamar dengan 4 orang yang belum ia kenal. Dengan berat hati, Poppy memasuki kamar itu dan menuju ke satu-satunya tempat tidur yang kosong, ia langsung merebahkan badannya ke tempat tidur. Teman-temannya memperhatikan tingkah Poppy yang menyimpang dengan peraturan asrama, mereka pun mengingatkan Poppy bahwa siswa tidak diperbolehkan tidur sebelum menggunakan baju tidur. Namun, Poppy  tidak menghiraukan perkataan teman-teman barunya.
Hari demi hari dilewati Poppy di asrama tersebut. Popy tidak tahan hidup di sini. Ia pun berpikir untuk sengaja membuat pelanggaran yang berat agar ia dikeluarkan dari sekolah ini.
Keesokan harinya, Poppy mengajak teman kamarnya berbincang-bincang. Diawali dengan menanyakan alasan mereka memilih sekolah itu sampai pelanggaran-pelanggaran apa saja yang bisa membuat ia dikeluarkan dari sekolah itu. Namun, di sekolah ini belum ada seorang siswa pun yang dikeluarkan, mereka hanya di bawah ke pengadilan sekolah untuk di ajukan pertanyaan oleh kepala sekolah seputar pelanggarannya dan dihadapan semua siswa. Namun, temannya berjanji akan membantu Poppy keluar dari sekolah ini. Mereka pun mulai membuat beberapa rencana.
Beberapa hari kemudian, semua rencana telah dijalankan, tidak satu pun rencana berhasil memasukkan Poppy ke pengadilan. Ia hanya di panggil ke ruangan Kepala Sekolah dan diperintahkan untuk membaca sebuah buku pemberian kepala sekolah. Entah mengapa, sejak saat itu Poppy mengurungkan niatnya keluar dari sekolah itu.
Walaupun buku itu tampak sedikit kusam dan sangat tidak menarik, entah kenapa Poppy tertarik untuk membacanya. Ia pun membaca buku itu di ruang makan di temani cahaya korek pemberian Ibunya. Tiba-tiba ia mendengar langkah kaki seseorang, tanpa ia sadari api dari koreknya membakar serbet yang tergantung di belakangnya. Poppy pun panik, ia mengambil serbet itu dan berusaha memadamkan apinya. Akhirnya api itu padam, Poppy segera berlari ke kamarnya.
Sesampainya di kamar, Poppy menutupi wajahnya menggunakan selimut dan berusaha untuk tidur. Tidak lama kemudian, terdengar suara ledakan. Poppy segera berlari kembali ke ruang makan dan mendapati ruangan tersebut telah terbakar. Ia pun segera membunyikan alarm kebakaran lalu menuju ke kamarnya untuk membangukan teman-temannya. Seluruh siswa berkumpul di lapangan sekolah dengan wajah yang masih ketakutan memperhatikan para pemadam memadamkan api. Melihat teman-temannya, Poppy sangat merasa bersalah, ia mengira saat itu apinya telah benar-benar padam.
Keesokan harinya, seluruh siswa di perintahkan berkumpul di ruang pengadilan. Kepala sekolah mengumumkan bahwa kebakaran tadi malam bukan karena kecelakaan melainkan disengaja, kepala sekolah menginginkan salah satu dari kita mengaku siapa yang sebenarnya sengaja membakar ruang makan itu. Dengan berat hati Poppy mengakui bahwa dialah yang menyebabkan terjadi kebakaran, ia pun menjelaskan kejadian tadi malam di hadapan kepala sekolah dan seluruh teman-temannya. Setelah mendengar pengakuan Poppy, Kepala Sekolah memutuskan bahwa tidak ada yang bersalah dalam peristiwa ini. Poppy merasa sangat lega. Itu artinya ia tidak dikeluarkan dari sekolah.
Sejak kejadian itu, Poppy menjadi lebih bergaul dan kini sifatnya sudah berubah menjadi lebih baik.
Tidak terasa, 6 bulan sudah Poppy tinggal di asrama itu. Kini saatnya Poppy pulang ke kota menghabiskan masa liburan semesternya. Ayahnya sangat senang melihat perubahan pada diri Poppy. Kini ia sudah kembali menjadi Poppy yang dulu, Poppy yang baik dan tidak menjengkelkan.

TAMAT
Nama: Nur Qalbi
Kelas: VIII Akselerasi
NISN: 9981247026






Tidak ada komentar:

Posting Komentar